Bagian 1/2
Sebenarnya banyak. Baca lah dan fahami al Qur’an demi akhir yang baik.
#
Para pembaca yang budiman, tiap individu punya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Pada umumnya semua ingin segera, ingin dapat secepatnya, ingin dapat sebanyak-banyaknya, ingin dapat lebih banyak dari yang lain.
Banyak manusia berkompetisi untuk memenuhi hasrat duniawinya masing-masing.
Dorongan untuk itu demikian kuatnya sehingga sebagian besar manusia ikut terbawa, baik itu pemuka agama, orang berilmu, atau orang biasa sekalipun – mereka seakan-akan tidak bisa mengelak bahkan banyak yang mengikuti hawa nafsunya dengan bermacam-macam dalih.
#
Kompetisi sepertinya memang sudah menjadi sifat manusia yang diciptakan punya nafsu dan akal.
Allah ﷻ tidak melarang (baca: membolehkan). Tetapi ada pedomannya.
Firman Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat: 56), dan pada potongan ayat lain disebutkan: "... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.... (QS. Al Hujuraat:13)
Ini salah satu pedoman yang dilanggar manusia sehingga terjadi lah hal-hal buruk.
Bukankah ini suatu kesalahan?
Disadari atau tidak, banyak sekali manusia yang melakukannya. Mereka melupakan akhirat. Akal bulus dan nafsu serakah dikedepankan. Ini menimbulkan dampak buruk – persaingan tidak sehat. Konflik yang merusak pun tidak terhindarkan – pertumpahan darah terjadi dimana-mana.
Bukankah ini juga suatu kesalahan?
Fenomena buruk ini diungkap oleh Malaikat dan diabadikan oleh Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, …..’” (QS. Al Baqarah: 30)
Selanjutnya Allah ﷻ juga berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa: 15 – 16)
Bukankah mengikuti hawa nafsu (diri sendiri atau orang lain) juga suatu kesalahan?
Kesalahan demi kesalahan memicu lebih banyak lagi kesalahan dalam berbagai bentuk dan rupa – yang menjadikan banyak manusia tersesat.
#
Bila demikian lalu bagaimana?
trt-1