Bagian 1/2
Para pembaca yang Budiman, pada kesempatan kali ini, kita akan mengaji tafsir Surat al- A’raf ayat 164. Secara garis besar ayat ini memberitakan tentang ‘perbedaan pandangan orang saleh dalam memberi nasehat’.
Zaman ini kita menyaksikan perbuatan jahat dan maksiat menjamur. Tidak hanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi, bahkan perbuatan- perbuatan dosa tersebut dilakukan secara terang- terangan.
Ada orang berbuat maksiat atau dosa dengan penuh percaya diri dan bangga. Ketika ada orang yang menegur atau menasehati, lalu berkata, “apa urusan lu?”, “terserah gue, lah, hidup- hidup gue”.
Mungkin kita tidak jarang menyaksikan situasi seperti itu. Mulai dari perbuatan zalim, kesewenang- wenangan, penindasan, korupsi, penipuan, atau maksiat seperti prostitusi, LGBT, judi dengan bentuk yang beragam, minum minuman keras, dan perbuatan dosa lainnya.
Ada saja pelakunya yang membangkang dan menantang ketika dinasehati, bahkan ada ‘loyalis’ yang membela pelaku dan perilaku dosa- dosa tersebut. Mulai dari yang kelas ‘teri’ sampai yang kelas ‘kakap’.
Pertanyaannya, apakah benar kita harus ‘diam dan ridha’ saja ketika menyaksikan perbuatan maksiat dan dosa yang semakin merajalela?
Persoalannya, perbuatan maksiat dan dosa tidak hanya membawa dampak negatif bagi pelakunya bahkan bisa memberikan dampak negatif bagi orang lain yang tidak ikut-ikutan melakukan perbuatan dosa atau maksiat.
Meminjam statement almarhum KH. Zainuddin MZ: “iye, yang judi elu, yang zina elu, yang mabok elu, tapi judi, zina, mabuk, (itu) maksiat, mas, kalau ini negeri banyak maksiatnya, Allah marah, kalau Allah marah turun gempa, kalau turun gempa, yang m*mp*s bukan elu doang, m*ny*ng.., bareng, rame-rame..”.
Allah ﷻ mengingatkan sebagaimana termaktub dalam Surat al- Anfal ayat 25:
وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
“Dan waspadalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
Bahasa sederhananya, adzab itu bisa turun secara kolektif.
Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut, bukan?
trt-3