Bagian 1/3
Kali ini kita akan mengaji tafsir surat an-Nisa’ ayat 17 berkaitan dengan pertaubatan. Lafadz ayatnya sebagai berikut:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوٓءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٓئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan lantaran kejahilan (kebodohan), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Kita perhatikan ayat tersebut di atas, secara garis besar menegaskan bahwa
taubat yang diterima oleh Allah ﷻ hanyalah taubat dari perbuatan buruk (dosa) lantaran kebodohan,
dan mendorong orang yang berbuat kesalahan atau dosa untuk segera bertaubat.
Nah, apa yang dimaksud dengan kebodohan dalam ayat ini? Mari kita baca dan pahami secara seksama!
Pembahasan
Ayat ini diawali dengan kata إِنَّمَا (innamā), bila diterjemahkan bisa diartikan “sesungguhnya hanya”, dalam bahasa Arab, kata إِنَّمَا (innamā) disebut adātul hashr. Suatu instrumen kata yang bertujuan untuk penguatan sekaligus pembatasan.
Kalau kita artikan pada lafadz إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ maka bisa dikatakan “sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat” frasa ini mengisyaratkan bahwa taubat tertentu saja yang diterima oleh Allah ﷻ. Taubat tertentu di sini maksudnya apa? Merujuk diksi “taubat tertentu”,
berarti ada syarat- syarat yang harus dipenuhi agar taubat tersebut qualified.
Apa saja syaratnya? Dalam hal ini bisa kita kaitkan dengan beberapa hal.
Syarat-syaratnya
Pertama, taubat yang memenuhi unsur persyaratan taubat sebagaimana terkandung dalam definisi taubat itu sendiri, yaitu, penyesalan, tekad dan usaha tidak mengulangi dosa, permohonan ampun kepada Allah ﷻ, dan perbaikan diri. Sebagaimana dijelaskan di ayat yang sebelumnya yaitu ayat 16 di surat yang sama (an- Nisa’):
فَاِنْ تَابَا وَاَصْلَحَا
“kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri”
Kedua, taubatnya orang- orang yang jahil atau bodoh, sebagaimana yang tersebut:
لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوٓءَ بِجَهَالَةٍ
“bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan lantaran kejahilan (kebodohan)”
Artikel terkait:
Mengapa Orang Jahil (Bodoh) Harus Taubat? [2]
(trt-3)