Bila kita punya kenalan orang penting atau pejabat, atau kenalan orang kaya, biasanya hal itu jadi kebanggan atau kesenangan.
Apalagi orang pentingnya baik dan santun, atau pejabat yang rendah hati dan suka monolong, atau kenalan orang kaya yang dermawan… Lebih dari itu umumnya kita akan senantiasa menjaga dan merawat hubungan baik dengan mereka…
Pentingnya menjaga hubungan baik dengan mereka dengan alasan bahwa hampir setiap hari kita diselimuti masalah yang terkait dengan orang-orang itu. Maka biasanya kita akan sangat hati-hati bertutur dan bersikap terhadap mereka, jangan sampai orang penting, pejabat atau orang kaya itu tersinggung, kecewa, kesal apalagi marah. Sebab bila mereka enggan lagi berdekatan dengan kita, apalagi sampai memutuskan hubungan tentu bisa ‘merusak’ banyak harapan kita pada mereka.
Kadang betapa besar perjuangan dan pengorbanan seseorang demi menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang dinilai memiliki derajat lebih tinggi dan bisa jadi sumber solusi atas masalah yang kita hadapi.
Memang umumnya pihak yang punya kemampuan, pengaruh atau kekuatan lebih selalu menjadi sandaran orang-orang yang merasa lebih lemah. Walau demikian orang-orang yang kita banggakan dan sanjung itu juga butuh makan, minum, tidur, uang, pasangan hidup, obat dan lainnya.
Lalu siapa sebenarnya di dunia ini yang paling kaya, paling tinggi derajatnya, paling pandai, paling cepat pertolongannya, penyembuh terhebat, pencipta segala sesuatu, tapi tidak butuh makan, tak butuh minum, tidak tidur, tak butuh uang sepeser pun, sangat mampu berbuat apapun tanpa bantuan siapapun?
Dialah ALLAH TABARAKA WA TA’ALA
Sayangnya tidak sedikit orang yang telah masuk usia senja alias mendekati ‘kubur’ masih saja disibukkan urusan duniawi yang tersurat dari rangkaian perilaku dan sikapnya yang minim ‘warna atau aroma’ akhirat.
Entah kesibukannya menghitung pundi-pundi harta, berburu dunia, menghabiskan waktu di arena olah raga, main catur, remi atau gaple. Lebih gawat lagi bila di masa senja kian meningkat keingkaran pada agama dan Sang Khaliq, sehingga perilakunya pun semakin buruk.
Padahal ALLAH AZZA WA A’ALA sedang menyaksikan habisnya masa kontrak hidup di dunia yang sekejab… Apalagi yang ditunggu untuk ‘merapat’ dan membenahi hubungan dengan Sang Khaliq… akhiri keingkaran dengan taubat dan amal saleh!
Surat Ali ‘Imran Ayat 112
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلْأَنۢبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."
Artikel terkait:
Mengapa SUDAH TUA MASIH INGKAR… Taubatlah [1]
Mengapa Manusia Ikut Enggan Bertaubat
Mengapa Orang Jahil (Bodoh) Harus Taubat? [1]
(trt-2)