Bagian 3/4
Pembaca yang budiman,
Kelima,
hak Allah ﷻ untuk menerima, menunda, atau menolak permohonan taubat manusia. Tidak ada sedikitpun campur tangan manusia dalam urusan ini.
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 106)
Keenam,
tergantung pada tingkat keseriusan manusia dalam bertaubat – apakah ia sudah melakukan taubat yang semurni-murninya?
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)… “ (QS. At-Tahrim: 8)
Taubat yang semurni-murninya dijelaskan dalam sebuah hadits yaitu penyesalan atas perbuatan dosa manakala kamu telah mengerjakannya, lalu kamu memohon ampunan kepada Allah ﷻ dengan penyesalanmu itu dengan seketika, kemudian kamu bertekad untuk tidak mengulanginya lagi selama-lamanya.
Ketujuh,
bergantung pada jenis dosa yang telah dilakukan.
Ini hal yang sulit. Dalam kondisi normal, manusia tidak berspekulasi berurusan dengan dengan kesyirikan.
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 116)
Kedelapan,
bergantung pada “timing” saat taubat dipanjatkan.
Taubat itu ada masa berlakunya. Seorang yang sungguh-sungguh dalam bertaubat tidak akan menundanya melainkan dengan segera sebelum expired.
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa': 17)
selanjutnya ... sebelumnya ...
trt-1