Bagian 2/4
Pembaca yang budiman, rasanya ini yang pertama:
Berprasangka baik kepada Allah dengan tidak bermaksiat kepada-Nya.
Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: "Allah berfirman: ‘Aku sesuai dengan persangkaan baik hamba-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana yang ia mau.’" (HR Akhmad, Ibnu Hibban, Ibnul Mubarak)
Kedua,
barangkali masih ada perbuatan maksiat yang terlewat atau kebiasaan lama yang belum diubah karena sudah tidak sesuai.
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah ﷻ sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal:53)
Ketiga,
keputusan menetapkan sesuatu itu adalah hak perogatif Allah ﷻ semata.
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Dan Ya'qub berkata: ‘Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri.’” (QS. Yusuf:67)
Keempat,
ciptaan tidak mengatur penciptanya. Bukan manusia yang mengatur Tuhan, tetapi Tuhan yang mengatur manusia (kecuali: man made gods).
Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.
Artinya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya:22 – 23)
selanjutnya ... sebelumnya ...
trt-1