The first step to win is learning how not to stumble and fall. Then exercise it.
#
Pembaca yang budiman,
Memang tidak mudah menyakinkan seseorang – bila yang disampaikan tidak diterima oleh akalnya atau tidak dapat dirasa oleh panca inderanya. Apalagi bila hatinya menolak.
Barangkali ia lebih suka belajar makna ingkar dari pengalamannya sendiri. Dan Allah ﷻ memberinya pelajaran.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Mereka yang mabuk pada kesenangan melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka (al Qur'an). Dan Allah ﷻ membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka berupa harta benda yang berlimpah, pengikut yang banyak, dan rezeki melimpah ruah. Lalu mereka bergembira dengan apa yang telah mereka terima hingga waktu tertentu.
Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al-An'am [6] : 44)
Taubat merupakan perintah (lihat: Al Qur'an & Perintah Taubat) yang langsung turun dari Allah ﷻ yang termaktub di dalam al Qur’an yang tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.
Maka mengapakah berani mengingkarinya?
#
Manusia cenderung pada kelompoknya. Mereka yang sedang dalam masa ‘keemasan’ lebih enggan menerima kebenaran al Qur’an (ajakan bertaubat) kecuali sedikit individu diantara mereka. Dan keengganan itu muncul tatkala mereka mengidentifikasi suatu dampak risiko bila taubat dilakukan; akan kehilangan / berkurangnya kesenangan yang selama ini mereka nikmati.
Lalu secara berjamaah mereka menolaknya.
Walau dengan itu menghadapi risiko yang lebih besar yaitu kemungkinan ditolaknya taubat berikut harus menanggung konsekuensinya. (lihat: Taubat Yang Ditolak Dan Konsekuensinya)
Bisa patut diduga adanya kemungkinan perbuatan maksiat yang tidak ingin ditinggalkan atau setidaknya mereka lebih mengutamakan kehidupan dunia. Wallahu’alam.
Wajar saja bila begitu anggapan mereka.
Namun – untuk urusan kesenangan dunia, Allah ﷻ tetap memberinya sekalipun pada mereka yang tidak percaya kepada Nya.
Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS Hud [11] : 15)
Tentang fenomena penolakan berjamaah itu dapat dikatakan semakin banyak mereka, semakin kuat ikatan emosi mereka, semakin kuat persatuan dan kesatuan di dalam kelompok tersebut maka semakin berani mereka.
Tidak mengherankan, bukan?
#
Teori apa yang bisa menjelaskan fenomena ini?
#
Pembaca yang budiman,
Di psikologi sosial dikenal teori groupthink, yaitu kecenderungan untuk membuat keputusan berdasarkan konsensus kelompok.
Individu dalam kelompok cenderung tidak berani menolak keputusan yang dibuat oleh kelompoknya walaupun keputusan itu menurutnya salah. Loyalitas kelompok lebih diutamakan.
Groupthink banyak ditemukan pada berbagai kepengurusan, organisasi profesi, organisasi formal atau non formal, dan kelompok elit.
Dalam jangka panjang, jebakan groupthink cenderung merugikan banyak pihak, jika tidak ingin menyebutnya menimbulkan kerusakan juga pada kelompok itu sendiri dan anggota-anggotanya.
Tetapi ingat, di pengadilan akhirat nanti, setiap individu bertanggungjawab atas perbuatannya masing-masing.
Tidak ada urusan dengan perintah komandan atau atasan.
Maka gunakan lah akal sehat dan buka lah hati.
Taubatlah selagi jiwa raga masih sehat. Jangan menunggu terpuruk.
WALLAHU’ALAM
#rajin-baca-al-Qur’an-fahami-amalkan.
Referensi:
Al Qur’an, Tafsir Ibnu Katsir.
Artikel terkait:
Mengapa TIDAK CUKUP MEMBACA ISTIGHFAR?
Mengapa TAUBAT MENENANGKAN JIWA
Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?
trt-1