Artikel ini merupakan penutup bagian pertama yang ditujukan untuk membangun kesadaran akan pentingnya taubat bagi keselamatan hidup di dunia dan di hari akhir nanti.
#
Pembaca yang budiman,
Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: "Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan." (QS Qaf [50] : 32 – 34)
--- shadaqallahul adzim ---
Mari kita coba renungkan: apa yang terjadi bila orang diberi kebebasan menjalankan tugas tetapi tidak diberitahu kapan batas akhirnya?
Hampir pasti orang itu akan lalai atau berhenti mengerjakan tugasnya lalu bersenang-senang walau berkali-kali diingatkan.
Apalagi jika dilihatnya orang lain juga begitu.
Coba saja meyakinkan orang biasa bahwa suatu hari ia akan dimatikan Allah ﷻ lalu dibangkitkan untuk menerima ganjaran di hari pembalasan – ini lebih sulit lagi.
Manusia cenderung bersenang-senang hidup di dunia dan mengabaikan waktu.
Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.
Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa: 15 – 16)
Sebagian manusia menyangkalnya tanpa ilmu pengetahuan, tanpa kitab yang benar. (QS Al-Hajj [22] : 8)
Sebagian lagi berprasangka pasti menerima akhir yang baik (surga) apa pun yang diperbuatnya. Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga. (QS Yunus [10] : 66)
Kecuali sedikit yang mau beriman.
Memang tidak mudah meyakinkan orang akan sesuatu yang imajiner bila itu:
tidak diterima oleh akalnya, atau
tidak dapat dirasakan oleh panca inderanya.
Jika hatinya sudah mengatakan NO (menolak) – maka akalnya pun macet.
#
Problem yang sama juga dihadapi dengan ajakan bertaubat. Tidak mudah mengajak orang untuk bertaubat apalagi pada mereka yang hidup senang dan merasa telah melakukan perbuatan yang baik dan benar selama ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia paling suci sejagad raya secara konsisten melaksanakan perintah taubat ini, (visit: Al Qur'an & Perintah Taubat)
Lalu mengapa ummatnya tidak mau?
Beliau juga mengingatkan bahwa setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat. (visit: Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?)
Mengapa bisa begitu?
Manusia merupakan makhluk yang bersifat lemah (QS An-Nisa' [4] : 28), bersifat tergesa-gesa (QS Al-Isra' [17] : 11), bersifat keluh kesah lagi kikir ( QS Al-Ma’arij [70] : 19).
Akibatnya, kesalahan demi kesalahan terjadi pada manusia antara lain karena:
ketidaktahuan, atau ketidaksengajaan, atau ketidakmampuan, atau karena terpaksa, atau
memang ia sengaja melakukan perbuatan maksiat kepada Allah ﷻ karena ingkar atau ikut-ikutan mengikuti hawa nafsunya. (QS Al-Qamar [54] : 3)
Don't follow the crowd without thinking.
Konsekuensi bagi yang tidak bertaubat maupun yang taubatnya didiskualifikasi sama saja (visit: Taubat Yang Ditolak Dan Konsekuensinya). Mereka tidak akan memperoleh akhir yang baik di hari pembalasan dan kekal disana sebagai balasan keburukan yang dibuatnya.
#
Apakah ada pendekatan tertentu yang bisa menjelaskan pentingnya taubat?
#
Pembaca yang budiman,
Sebagai panduan dapat disampaikan sebagai berikut:
Selalu ingat akhirat: yaitu punya tujuan memperoleh akhir yang baik (surga) dari Allah ﷻ Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang di hari akhir nanti.
Sabar: yaitu ikhlas menjalankan perintah, menjauhi larangan, menerima qada dan qadar (takdir) dari Allah ﷻ di dunia dan move on menuju tujuan (akhirat) walau apapun yang terjadi.
Bersyukur: yaitu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Allah ﷻ kepada kita.
Orang yang paling merugi perbuatannya adalah mereka yang menyangka telah berbuat baik sebaik-baiknya di dunia tetapi Allah ﷻ menghapus amalnya di hari akhir. Tidak ada waktu lagi untuk mengulangi. Demikianlah tempat kembali mereka itu adalah neraka Jahannam. (visit: Mengapa ALLAH MENGHAPUS SEMUA AMAL BAIK SAYA?)
Taubat merupakan mekanisme yang diberikan Allah ﷻ untuk menjaga manusia berhenti melakukan perbuatan yang tidak baik, atau berhenti dari perbuatan maksiat atau dosa, untuk kembali ke jalan yang benar. (visit: Taubat Tanpa Campuran)
Tetapi taubat memang bukan sesuatu yang penting bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh ingin mendapatkan akhir yang baik.
Taubat yang sungguh-sungguh tidak akan terjadi apabila seseorang atau suatu kaum tidak bisa memproyeksikan nasibnya di masa depan dengan pola fikir dan kelakuannya saat ini. (visit: Mengapa TIDAK CUKUP MEMBACA ISTIGHFAR?)
Namun demikian, harus diakui ada sebagian orang yang menyukai petualangan dalam hidupnya. Mereka lebih suka belajar dari pengalamannya sendiri dari pada mendengar. Pengalaman merupakan guru yang paling baik walau tidak selalu harus begitu. Bagaimana bila ia tidak sempat bertaubat? (visit: Mengapa BARU TAUBAT SETELAH TERPURUK TIDAK BERDAYA... Iya kalau sempat).
Pilihan yang berbahaya!
Sebenarnya, mereka yang suka menunda atau enggan bertaubat itu dengan sengaja MENGHINDARI 2 NIKMAT BESAR.
Pertama, menghindari stress berlebihan dan berkepanjangan yang dapat meningkatkan risiko kesehatan mental dan masalah medis. (visit: Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?)
Kedua, merasakan jiwa yang tenang dan rileks karena yakin pertolongan Allah ﷻ itu dekat. (visit: Mengapa TAUBAT MENENANGKAN JIWA)
Rajin-rajin lah bertaubat selagi sempat. Dan nikmati manfaatnya.
WALLAHU’ALAM
#rajin-baca-al-Qur’an-fahami-amalkan.
Referensi:
Al Qur’an, Al Hadits, Tafsir Ibnu Katsir, kitab Ad-Daa’ wad Dawaa oleh Ibnul Qayyim.
Artikel terkait:




