Thursday, April 28, 2022

Highlight BAGIAN PERTAMA


Artikel ini merupakan penutup bagian pertama yang ditujukan untuk membangun kesadaran akan pentingnya taubat bagi keselamatan hidup di dunia dan di hari akhir nanti.

#

Pembaca yang budiman,

Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: "Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan." (QS Qaf [50] : 32 – 34)

--- shadaqallahul adzim ---


Mari kita coba renungkan: apa yang terjadi bila orang diberi kebebasan menjalankan tugas tetapi tidak diberitahu kapan batas akhirnya? 

Hampir pasti orang itu akan lalai atau berhenti mengerjakan tugasnya lalu bersenang-senang walau berkali-kali diingatkan. 

 Apalagi jika dilihatnya orang lain juga begitu. 


Coba saja meyakinkan orang biasa bahwa suatu hari ia akan dimatikan Allah ﷻ lalu dibangkitkan untuk menerima ganjaran di hari pembalasan – ini lebih sulit lagi

Manusia cenderung bersenang-senang hidup di dunia dan mengabaikan waktu.


Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa: 15 – 16)


Sebagian manusia menyangkalnya tanpa ilmu pengetahuan, tanpa kitab yang benar. (QS Al-Hajj [22] : 8) 

Sebagian lagi berprasangka pasti menerima akhir yang baik (surga) apa pun yang diperbuatnya. Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga. (QS Yunus [10] : 66)

 Kecuali sedikit yang mau beriman. 


Memang tidak mudah meyakinkan orang akan sesuatu yang imajiner bila itu:

  • tidak diterima oleh akalnya, atau

  • tidak dapat dirasakan oleh panca inderanya.

Jika hatinya sudah mengatakan NO (menolak) – maka akalnya pun macet.

#

Problem yang sama juga dihadapi dengan ajakan bertaubat. Tidak mudah mengajak orang untuk bertaubat apalagi pada mereka yang hidup senang dan merasa telah melakukan perbuatan yang baik dan benar selama ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia paling suci sejagad raya secara konsisten melaksanakan perintah taubat ini, (visit: Al Qur'an & Perintah Taubat

Lalu mengapa ummatnya tidak mau?

Beliau juga mengingatkan bahwa setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat. (visit: Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?)

Mengapa bisa begitu? 

Manusia merupakan makhluk yang bersifat lemah (QS An-Nisa' [4] : 28), bersifat tergesa-gesa (QS Al-Isra' [17] : 11), bersifat keluh kesah lagi kikir ( QS Al-Ma’arij [70] : 19). 

Akibatnya, kesalahan demi kesalahan terjadi pada manusia antara lain karena:

  • ketidaktahuan, atau ketidaksengajaan, atau ketidakmampuan, atau karena terpaksa, atau 

  • memang ia sengaja melakukan perbuatan maksiat kepada Allah ﷻ karena ingkar atau ikut-ikutan mengikuti hawa nafsunya. (QS Al-Qamar [54] : 3)


Don't follow the crowd without thinking.

Konsekuensi bagi yang tidak bertaubat maupun yang taubatnya didiskualifikasi sama saja (visit: Taubat Yang Ditolak Dan Konsekuensinya). Mereka tidak akan memperoleh akhir yang baik di hari pembalasan dan kekal disana sebagai balasan keburukan yang dibuatnya.

#

Apakah ada pendekatan tertentu yang bisa menjelaskan pentingnya taubat?

#

Pembaca yang budiman,

Sebagai panduan dapat disampaikan sebagai berikut:

  •  Selalu ingat akhirat: yaitu punya tujuan memperoleh akhir yang baik (surga) dari Allah ﷻ Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang di hari akhir nanti.

  •  Sabar: yaitu ikhlas menjalankan perintah, menjauhi larangan, menerima qada dan qadar (takdir) dari Allah ﷻ di dunia dan move on menuju tujuan (akhirat) walau apapun yang terjadi.

  •  Bersyukur: yaitu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Allah ﷻ kepada kita.

Orang yang paling merugi perbuatannya adalah mereka yang menyangka telah berbuat baik sebaik-baiknya di dunia tetapi Allah ﷻ menghapus amalnya di hari akhir. Tidak ada waktu lagi untuk mengulangi. Demikianlah tempat kembali mereka itu adalah neraka Jahannam. (visit: Mengapa ALLAH MENGHAPUS SEMUA AMAL BAIK SAYA?)

Taubat merupakan mekanisme yang diberikan Allah ﷻ untuk menjaga manusia berhenti melakukan perbuatan yang tidak baik, atau berhenti dari perbuatan maksiat atau dosa, untuk kembali ke jalan yang benar. (visit: Taubat Tanpa Campuran)

Tetapi taubat memang bukan sesuatu yang penting bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh ingin mendapatkan akhir yang baik. 

Taubat yang sungguh-sungguh tidak akan terjadi apabila seseorang atau suatu kaum tidak bisa memproyeksikan nasibnya di masa depan dengan pola fikir dan kelakuannya saat ini. (visit: Mengapa TIDAK CUKUP MEMBACA ISTIGHFAR?)


Namun demikian, harus diakui ada sebagian orang yang menyukai petualangan dalam hidupnya. Mereka lebih suka belajar dari pengalamannya sendiri dari pada mendengar. Pengalaman merupakan guru yang paling baik walau tidak selalu harus begitu. Bagaimana bila ia tidak sempat bertaubat? (visit: Mengapa BARU TAUBAT SETELAH TERPURUK TIDAK BERDAYA... Iya kalau sempat).


Pilihan yang berbahaya! 


Sebenarnya, mereka yang suka menunda atau enggan bertaubat itu dengan sengaja  MENGHINDARI 2 NIKMAT BESAR. 


 Rajin-rajin lah bertaubat selagi sempat.  Dan nikmati manfaatnya. 


WALLAHU’ALAM

#rajin-baca-al-Qur’an-fahami-amalkan.


Referensi:

Al Qur’an, Al Hadits, Tafsir Ibnu Katsir, kitab Ad-Daa’ wad Dawaa oleh Ibnul Qayyim.


Artikel terkait:

FAQ


trt-1

 

Thursday, April 21, 2022

Mengapa BARU TAUBAT SETELAH TERPURUK TIDAK BERDAYA... Iya kalau sempat

 

 The first step to win is learning how not to stumble and fall.  Then exercise it. 

#

Pembaca yang budiman,

Memang tidak mudah menyakinkan seseorang – bila yang disampaikan tidak diterima oleh akalnya atau tidak dapat dirasa oleh panca inderanya. Apalagi bila hatinya menolak.


Barangkali ia lebih suka belajar makna ingkar dari pengalamannya sendiri. Dan Allah ﷻ memberinya pelajaran.

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Mereka yang mabuk pada kesenangan melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka (al Qur'an). Dan Allah ﷻ membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka berupa harta benda yang berlimpah, pengikut yang banyak, dan rezeki melimpah ruah. Lalu mereka bergembira dengan apa yang telah mereka terima hingga waktu tertentu.


Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al-An'am [6] : 44)

Taubat merupakan perintah (lihat: Al Qur'an & Perintah Taubat) yang langsung turun dari Allah ﷻ yang termaktub di dalam al Qur’an yang tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. 


Maka mengapakah berani mengingkarinya?

#

Manusia cenderung pada kelompoknya. Mereka yang sedang dalam masa ‘keemasan’ lebih enggan menerima kebenaran al Qur’an (ajakan bertaubat) kecuali sedikit individu diantara mereka. Dan keengganan itu muncul tatkala mereka mengidentifikasi suatu dampak risiko bila taubat dilakukan; akan kehilangan / berkurangnya kesenangan yang selama ini mereka nikmati.

 Lalu secara berjamaah mereka menolaknya. 

Walau dengan itu menghadapi risiko yang lebih besar yaitu kemungkinan ditolaknya taubat berikut harus menanggung konsekuensinya. (lihat: Taubat Yang Ditolak Dan Konsekuensinya)


Bisa patut diduga adanya kemungkinan perbuatan maksiat yang tidak ingin ditinggalkan atau setidaknya mereka lebih mengutamakan kehidupan dunia. Wallahu’alam.

Wajar saja bila begitu anggapan mereka.


Namun – untuk urusan kesenangan dunia, Allah ﷻ tetap memberinya sekalipun pada mereka yang tidak percaya kepada Nya.

Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS Hud [11] : 15)


Tentang fenomena penolakan berjamaah itu dapat dikatakan semakin banyak mereka, semakin kuat ikatan emosi mereka, semakin kuat persatuan dan kesatuan di dalam kelompok tersebut maka semakin berani mereka.

 Tidak mengherankan, bukan? 

#

Teori apa yang bisa menjelaskan fenomena ini?

#

Pembaca yang budiman,

Di psikologi sosial dikenal teori groupthink, yaitu kecenderungan untuk membuat keputusan berdasarkan konsensus kelompok.

Individu dalam kelompok cenderung tidak berani menolak keputusan yang dibuat oleh kelompoknya walaupun keputusan itu menurutnya salah. Loyalitas kelompok lebih diutamakan.


Groupthink banyak ditemukan pada berbagai kepengurusan, organisasi profesi, organisasi formal atau non formal, dan kelompok elit. 

Dalam jangka panjang, jebakan groupthink cenderung merugikan banyak pihak, jika tidak ingin menyebutnya menimbulkan kerusakan juga pada kelompok itu sendiri dan anggota-anggotanya.


 Tetapi ingat,  di pengadilan akhirat nanti, setiap individu bertanggungjawab atas perbuatannya masing-masing.

 Tidak ada urusan dengan perintah komandan atau atasan.


Maka gunakan lah akal sehat dan buka lah hati.

 Taubatlah selagi jiwa raga masih sehat. Jangan menunggu terpuruk. 


WALLAHU’ALAM

#rajin-baca-al-Qur’an-fahami-amalkan.


Referensi:

Al Qur’an, Tafsir Ibnu Katsir.


Artikel terkait:

Mengapa TIDAK CUKUP MEMBACA ISTIGHFAR?

Mengapa TAUBAT MENENANGKAN JIWA

Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?

Taubat TANPA CAMPURAN


trt-1

Thursday, April 14, 2022

RAMADHAN, Bulan Kesehatan

Pembaca yang budiman,

Marilah kita berusaha meningkatkan rasa syukur kepada ALLAH Ta’alaa atas limpahan nikmat yang tak kuasa siapa pun menghitungnya. 

Kita juga sangat bersyukur dipertemukan lagi dengan bulan yang sangat mulia yakni Bulan Ramadhan dengan segala keistimewaannya, dan semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang benar-benar memanfaatkan bulan ini sebaik dan semaksimal mungkin dengan amalan-amalan utama sebagai bukti atas sehatnya iman dan ketaqwaan kita. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Salawat dan salam atas manusia paling mulia, suri tauladan sampai akhir zaman yakni Nabi Muhammad,  Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Rasulullah selalu menunjukkan kebahagiaannya ketika menyambut dan di saat bulan Ramadhan.

Beliau telah menunjukan contoh terbaiknya dalam mengisi dan menghiasi detik demi detik saat bulan Ramadhan.

Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Firman Allah ini menegaskan begitu besar hikmah ibadah puasa yang diikatkan dengan keimanan dan ketaqwaan. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

Wahai orang-orang yang beriman

Potongan ayat madaniyyah atau diturunkan di Madinah (setelah hijrah), sedangkan yang diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat makkiyyah atau diturunkan di Makkah.

Imam Ath Thabari menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah : “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”. Adapun Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”.

 Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. 

 Allah Ta’ala memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki iman, dengan demikian Allah Ta’ala pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya. 

Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan makna iman dalam sebuah hadits:

الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

Iman adalah engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk” 

   Sementara Rasulullah Shalaallahu ‘Alaihi Wasallaam juga menegaskan diantara fadhilah keutamaaan puasa : 

ومن صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan ihtisab (kesungguhan), maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu,” (HR Bukhari).

Dalam hadits lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan: 

Artinya: “Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban).

Bila dicermati begitu banyak tuntunan puasa selain di Bulan Ramadhan, baik puasa Senin-Kamis, Puasa Ayyamul Bid, Puasa Syawal, dan lainnya. Hal ini  membuktikan begitu besar manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Ternyata tradisi atau ritual puasa juga dilakukan oleh makhluk-makhluk lain sebagai bagian dari metamorphosis yang berdasar pada Sunnatullah.

Dari sisi kesehatan, Ramadhan juga bisa dimaknai sebagai “bulan kesehatan”.

Sebab puasa merupakan ibadah yang sangat dinantikan oleh tubuh manusia. Puasa adalah masa yang indah bagi organ-organ tubuh kita, sehingga puasa bisa menjadi ‘jadwal’ tamasya organ tubuh setelah 11 bulan melakukan tugas nyaris tiada henti. Maka puasa merupakan dambaan setiap organ tubuh lantaran diberikan masa istirahat dan perbaikan atau peremajaan kembali atas kelemahan atau menurunnya fungsi organ.

Diantara manfat penting puasa bagi tubuh adalah pembersihan racun dan partikel-partikel yang berpotensi mengganggu kesehatan yang melekat di organ atau sembunyi di pembuluh darah. Puasa juga memberikan masa rest bagi jantung sebagi organ pemompa sirkulasi darah (cardiovaskuler). Adapun organ yang sangat Bahagia dengan ibadah puasa adalah organ pencernaan, khususnya lambung yang nyaris tak pernah istirahat selama manusia memasukkan makanan atau minuman melalui mulutnya. 

Sesungguhnya tidak ada teknologi secanggih apa pun yang mampu membersihkan berbagai jenis kotoran yang melekat di ratusan organ tubuh manusia, termasuk di dalam pembuluh darah dengan beragam ukuran yang panjangnya lebih dari 80.000 km, melebihi lingkaran bumi pada setiap orang. 

Maka puasa merupakan teknologi canggih yang disyariatkan Allah Ta’ala Sang Pencipta manusia dan seluruh makhluq untuk membersihkan seluruh kotoran yang melekat dan berkeliaran di seluruh elemen tubuh manusia. Subhanallah

Tentu saja bila puasa bulan Ramadhan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Dengan demikian, kesungguhan berpuasa merupakan aspek yang sangat penting sehingga mampu memberikan dampak yang signifikan bagi proses pembersihan dan peremajaan organ-organ tubuh. Karena itu tidak sedikit saudara -saudara kita yang mereka sehat dan lebih stabil tubuhnya manakala berpuasa.

Bersihnya organ tubuh kita dari ragam racun dan kotoran juga berpotensi membersihkan jasmani dan rohani kita dari semu unsur yang berpotensi merusaknya. Sehingga harapan dan motivasi pusa menjadikan kita sebagai hamba yang bertaqwa terbentang jalannya. 



WALLAHU A'LAM

(trt-2)           








Mengapa TIDAK CUKUP MEMBACA ISTIGHFAR?


 Taubat merubah pola fikir (mindset) jadi sehat. Itu perlu latihan. 
Changing mindset – will change action pattern and attitude pattern – change our life

#

Pembaca yang budiman,

Merubah mindset (pola fikir) akan merubah segalanya: pola sikap, pola tindak, dan nasib seseorang atau nasib suatu kaum. Setiap perubahan selalu diiringi dengan kesungguhan dan latihan (exercises) bukan sedekar ucapan.

Why “mindset matters”? 

Mindset secara internal menentukan antara lain:

  • apa yang boleh dan apa yang tidak boleh,

  • apa yang harus dikerjakan dan bagaimana bereaksi,

  • apa yang harus disembah,

  • apa yang menjadi prioritas hidup: dunia atau akhirat

 sederhananya mindset atau pola fikir menentukan – sebab dapat melahirkan keputusan yang menentukan nasib saat kini dan nasib yang akan datang.

Apabila pola fikir seorang (individu) atau suatu kaum sehat (ilmuwan Barat menyebutnya dengan growth mindset) maka maju lah kehidupan atau suatu peradaban. Sebaliknya, stagnan bahkan mengalami kemunduran apabila sebaliknya (fixed mindset dalam terminologi Barat).

Pengertian growth mindset dan fixed mindset dapat dilihat disini.

Sejauh pola fikir berkata: it’s all right, maka adalah suatu kebodohan bila ada yang mengharapkan perubahan sikap dan perilaku seseorang atau suatu kaum.

Ini menjelaskan mengapa individu yang punya kelakuan buruk atau perilaku menyimpang (improper behavior) atau dia melakukan perbuatan zalim atau maksiat tidak mau bertaubat

Sejauh pola fikir individu atau suatu kaum itu berkata: it is not a big deal maka kelakuan buruk itu akan terus terpelihara dan perbuatan zalim itu akan kembali diulanginya.

 Mindset atau pola fikir yang sehat memang diperlukan

#

Pada sisi lain, kita acap menemukan individu yang ringan mengucapkan astaghfirullahaladzim berkali-kali dan menganggap dirinya sudah bertaubat – but nothing has changed.

Tidak pola fikirnya, tidak kelakuannya, tidak pula sikapnya ada yang berubah. Dan ia tetap berfikir dan mengerjakan sesuatu dengan sikap dan cara yang sama.

Padahal dunia dan lingkungan di sekitarnya dengan konsisten berubah. Jadilah ia orang yang merugiAlbert Einstein (1879 - 1955) mengatakan: “Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.”

Dapat difahami pola fikir memiliki peran yang besar pada kehidupan saat ini dan masa yang akan datang. Mindset inilah yang berubah dan mengubah bangsa-bangsa berjaya pada zamannya.

#

Dalam konteks ajaran Islam, bagaimana taubat merubah mindset?

#

Pembaca yang budiman,

Keinginan bertaubat timbul dari kesadaran yang sungguh-sungguh akan nasibnya kelak.

Taubat adalah suatu bentuk penyesalan atas keburukan (dosa) yang terjadi akibat kesalahan pola fikir di masa lalu dan bila diteruskan akan menghadirkan akhir yang lebih buruk lagi.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan ummat Islam untuk memiliki mindset atau pola fikir yang sehat. Beliau juga menyampaikan bahwa setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, al-Hakim)

 Taubat yang sungguh-sungguh tidak akan terjadi apabila seseorang atau suatu kaum tidak bisa memproyeksikan nasibnya di masa depan  dengan pola fikir yang digunakannya saat ini. 

Pola fikir merupakan koleksi dari suatu keyakinan, asumsi, ajaran, dan pengalaman yang secara keseluruhan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan keputusan itu sendiri. 

Jadi, keyakinan yang benar dan ajaran yang baik membentuk mindset atau pola fikir sehat yang dibutuhkan. Disini ajaran Islam mengambil peran yang besar.

Dengan bertaubat maka kita (seseorang atau suatu kaum) akan memiliki orientasi yang baik pada pola fikir yang mempengaruhi, antara lain:

  • bagaimana kita memenuhi kebutuhan (how to meet our needs), 

  • bagaimana kita mengisi perasaan (how to fulfill our feeling), 

  • bagaimana kita berfikir (how to think), 

  • bagaimana kita bersikap (how to behave), 

  • bagaimana kita cara “mendekati” sesuatu (how to approach things), 

  • bagaimana kita bertindak (how to take action), 

  • bagaimana kita bereaksi (how to react), 

  • dan ia mempengaruhi hasil akhir yang akan diperoleh (outcomes).

Jadi, taubat adalah suatu kebutuhan diri karena sesungguhnya Allah ﷻ sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat kepada suatu kaum hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.

Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya berfirman.

Artinya: “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Anfal [8] : 53)

#

Penutup

#

 Merubah pola fikir (mindset) dan kelakuan atau perilaku (behavior) harus disertai dengan latihan dan kesungguhan Tidak efektif bila hanya dengan ucapan walau itu dilakukan berkali-kali setiap pagi dan sore hari. 


 Maka baca dan fahami lah al Qur’an untuk memastikan apa yang perlu diubah atau diperbaiki.  Kemudian lakukan lah perbaikan dan tingkatkan secara bertahap. 


WALLAHU’ALAM


#rajin-baca-al-Qur’an dan amalkan.


Referensi:

Al Qur’an, al Hadits, kitab Ad-Daa’ wad Dawaa oleh Ibnul Qayyim.



trt-1

Thursday, April 7, 2022

Mengapa TAUBAT MENENANGKAN JIWA


 Jiwa tenang bila diridhai Allah Yang Maha Kuasa -- hidup jadi mudah dan rileks. 
 Bagaimana caranya? 

#

Pembaca yang budiman

Dengan jiwa yang tenang, fikiran manusia jadi terbuka dan ide-ide cemerlang timbul mengalahkan mereka yang gelisah atau frustasi. Perhatikan bagaimana perusahaan-perusahaan besar sekelas Google menciptakan lingkungan kerja yang membuat pekerja mereka rileks walau bekerja dalam tekanan yang berat sekalipun. Mengapa?

Dalam keadaan rileks manusia akan lebih produktif.

Tetapi di luar itu keadaan berbeda. Kompetisi terkadang membawa individu pada keadaan yang benar-benar sulit, misalnya: 

  • mengalami kesulitan keuangan yang berat, mengidap penyakit akut yang mematikan, menyelesaikan persoalan yang rumit yang kena deadline, dan lain sebagainya.

Pada keadaan seperti itu, setiap individu pasti berharap seandainya punya back up yang handal dan punya kuasa untuk membuat jiwanya  tenang dan optimis  menjalani hidup di dunia.

Hidup tenang di setiap waktu dan keadaan. Tiada yang sulit.

Jika tidak, maka yang timbul adalah bingung, cemas dan gelisah, stress, lalu muncul berbagai masalah kesehatan yang  menambah berat beban hidup.  

Padahal, bukan hidup seperti itu yang kita inginkan.

Dan tidak jarang seorang diri menghadapi situasi sulit seperti itu. Stress dalam kesendirian. Kesunyian di keramaian. Jatuh sakit pula. Acakadut (bahasa Sunda: berantakan).

#

Lalu bagaimana rasanya jika tiba-tiba datang pertolongan yang tak terduga?

Ploooong … jiwa jadi tenang, optimisme tumbuh kembali, konsentrasi meningkat, hati yang gelisah menjadi senang, fikiran kembali cair, dan yang sulit jadi mudah.  Tubuh dan semua organ jadi rileks. 

Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada mendapat pertolongan pada saat dibutuhkan.

Kita pernah merasakannya. Betapa bahagia perasaan kita. Betapa puasnya hati kita. Move on...

#

Stress no moreSehat jiwa raganya.

Lalu dari mana sebenarnya pertolongan itu datang?

Dari Allah ﷻ pemilik ASMAHUL HUSNA. Maha Penolong. Maha Tahu. Maha Kuasa. Maha Penyayang. Maha Bijaksana, dan seterusnya.

Problemnya adalah bagaimana agar pertolongan tingkat tinggi seperti itu bisa hadir di setiap saat kita butuhkan.

 Ini jelas suatu nikmat yang besar. 

Apakah ajaran Islam memungkinkan hal itu terjadi pada pengikutnya? 

#

Pembaca yang budiman

Tentu saja. Pertolongan Allah ﷻ diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya – yaitu mereka yang disayangi-Nya. 

Tidaklah Allah ﷻ menciptakan manusia untuk membuat hatinya menderita di muka bumi kecuali bila ia memilih untuk ingkar.

Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “… Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.” (QS Ar-Rum [30] : 5)

Dan, sesungguhnya janji Allah ﷻ itu benar dan yakinlah pertolongan itu akan datang. Tawakkal dan berserah diri. Ini tidak mudah bagi yang tidak beriman pada ayat-ayat Nya.


Allah ﷻ berfirman di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS Ar-Rum [30] : 60)


Lalu, siapa yang dimaksud ayat di atas dengan “siapa yang dikehendaki-Nya” itu?


Siapa mereka dijelaskan Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “ … Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS Al-Ahqaf [46] : 10)


Dan orang-orang yang berbuat baik di jalan Allah ﷻ tidak perlu terlalu khawatir sejauh ia menjauhi dosa-dosa besar dan menjauhi perbuatan keji. Allah ﷻ maha luas ampunan-Nya. Allah pasti akan menolongnya dan memberinya petunjuk yang benar.


Allah ﷻ menjelaskannya di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: “Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga). (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. … (QS An-Najm [53] : 31—32).


Berkompetisi lah untuk suatu yang benar – di jalan yang benar – dengan cara yang benar, guna meraih akhir yang baik (syurga).

#

Penutup

Mari kita simak Firman Allah ﷻ di dalam al Qur’an yang tiada keraguan kita atasnya.

Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS Al Baqarah [2] : 186)

Kuncinya:

Berdo'a. Berusaha. Tawakkal. Berserah diri.

 Semua kembali kepada berapa kuat iman kita pada-Nya. 


 Maka, rajin-rajin lah bertaubat. Beriman. Beramal saleh. Jangan zalim. 



WALLAHU’ALAM

#rajin-baca-al-Qur’an dan amalkan.


Referensi:

Al Qur’an, al Hadits, kitab Ad-Daa’ wad Dawaa oleh Ibnul Qayyim.


Artikel terkait:

Mengapa MENUNDA TAUBAT? MENGUNDANG PENYAKIT?

Mengapa TAUBAT TIDAK MENGUBAH KEADAAN SAYA

Mengapa Saya Disuruh BERTAUBAT? APA SALAH SAYA?


trt-1



Logika GDS

Humor Bijak Pasien & Ustad

Pak Dodi:

“Gawat tad ! GDS (Gula Darah Sewaktu) saya di angka 315…!!! katanya saya ada gula alias diabet tad!!!”

Ustad:

“Kapan dicek GDS – nya pak Dody?”

Pak Dodi:

“Kemarin sekitar jam 17.00 tad….”

Ustad:

“Itu angka GDS kemarin jam 17.00 wib, namanya juga cek Sewaktu ! Mungkinkah kalau dicek lagi jam 17.30 wib, angka gula darahnya berubah, naik atau turun pak Dody….?” 

Pak Dodi:

“Ya sangat mungkin tad! Namanya juga sewaktu! Satu menit lagi juga bisa berubah tad!”

Ustad:

“Kalau memang dalam waktu satu menit saja bisa berubah,  berarti nggak boleh keburu-buru dibilang ada gula atau kena diabet dong Pak Dodi….?

Pak Dodi:

“Betul juga tad, apalagi kalau tiba-tiba dalam waktu 1 menit atau setengah jam gula darahnya turun sampai angka normal, di bawah 150 ya tad!

Ustad:

“Nah! Apalagi turun sampai di angka normal! Berarti pak Dodi nggak ada gula alias nggak kena diabet kan???

Pak Dodi:

“Betul tad !”

Ustad:

“Lalu kenapa dari pemeriksaan gula sewaktu dijadikan vonis  terhadap seeorang sebagai penderita diabet seumur hidup….?”

Pak Dodi:

Astaghfirullahal ‘adziim … dosa… dosa .. ya tad main vonis saja. Apalagi bisa membuat orang menderita seumur hidup ?”

Ustad:

“Banyak yang harus  taubat pak Dody…!”



Artikel terkait:

Komplikasi

Dokter & Madu

Kebiasaan Baik #1: Makan Buah Sebelum Makan


trt-2

Obat Kanker

Humor Bijak Terapis & Ustad

Terapis:

“Tad, ane ngobatin kanker pakai pegagan, sambiloto… kok nggak ada perubahan ya…???”

Ustad:

“Rujukannya dari mana?”

Terapis:

Ane kuliah pengobatan sama terapis terkenal tad?”

Ustad:

Antum sudah tanya ke terapisnya?”

Terapis:

“Sudah tad, tapi susah dihubunginya, sudah ane we a nggak dibaca apalagi dibalas! Ane telpon ulangkali juga nggak diangkat…”

Ustad:

“Temui saja langsung sebelum atau sesudah perkuliahan…”


(setelah beberapa hari)

Terapis:

“Sudah tad…”

Ustad:

“Apa jawabannya ?”

Terapis:

“Disuruh tanya sama yang lain tad….???” 

Ustad:

“Apa sudah dapat jawaban?”

Terapis:

“Ya jawabannya sama, pokoknya disuruh saja minum rutin…”

Ustad:

Antum ini gimana? Belajarnya sama siapa, yang ditanya siapa? Kalau mau berteori dan ngobatin orang itu harus tanggung jawab dan jangan mudah lepas tangan atau cuci tangan… Apalagi penyakit berat”.

Terapis:

“Betul tad,  taubat… taubat….!” 


Artikel terikait:

Logika GDS

Komplikasi

Kebiasaan Baik #1: Makan Buah Sebelum Makan


trt-2